Panduan Guru Bicara Perihal Terorisme Ke Anak Didik

11/28/2018
Panduan Singkat Cara Membicarakan Terorisme Kepada Anak Panduan Guru Bicara Tentang Terorisme ke Anak Didik

Panduan Singkat Cara Membicarakan Terorisme Kepada Anak





Kemdikbud telah secara resmi menerbitkan buku panduan singkat bagi para guru dan orang bau tanah dalam membicarakan kejahatan terorisme dengan siswa dan anak-anak, khususnya terkait dengan insiden teror bom.

Panduan singkat itu terdiri dari dua bentuk, yakni:
  1. Panduan untuk guru dalam berbicara dengan siswa wacana kejahatan terorisme. 
  2. Panduan bagi orang tua untuk bicara terorisme dengan anaknya. 
Dalam panduan singkat tersebut para guru dibutuhkan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
  1. Sediakan waktu bicara pada siswa wacana kejahatan terorisme. Siswa sering menyebabkan guru daerah mencari informasi dan pemahaman wacana apa yang sedang terjadi.
  2. Bahas secara singkat apa yang terjadi, mencakup fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi. Jangan membuka ruang terhadap rumor, informasi dan spekulasi.
  3. Beri kesempatan siswa untuk mengungkapkan perasaannya wacana tragedi/kejahatan yang terjadi. Nyatakan dengan terang rasa sedih kita terhadap para korban dan keluarganya.
  4. Arahkan rasa kemarahan pada target yang tepat, adalah pada pelaku kejahatan, bukan pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
  5. Kembali pada rutinitas normal. Terorisme akan sukses apabila mereka berhasil mensugesti kehidupan sehari-hari dan kehidupan kebangsaan kita.
  6. Ajak siswa berpikir positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak peristiwa dan problem dengan tegar, gotong-royong, semangat persatuan dan saling menjaga.
  7. Ajak siswa berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, Tentara Nasional Indonesia dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak wacana sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
Sedangkan bagi orangtua dibutuhkan sanggup melaksanakan serangkaian hal berikut ini kepada anak-anak:
  1. Cari tahu apa yang mereka pahami. Bahas secara singkat apa yang terjadi, mencakup fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari informasi dan spekulasi.
  2. Hindari paparan terhadap televisi dan media umum yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah usia 12 tahun.
  3. Identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak mempunyai huruf unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan bersama tetap perlu.
  4. Bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap peristiwa yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada target yang tepat, adalah pelaku kejahatan. Hindari prasangka pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
  5. Jalani aktivitas keluarga bersama secara normal untuk memperlihatkan rasa kondusif dan nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita. Kebersamaan dan komunikasi rutin sangat penting untuk mendukung anak.
  6. Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, Tentara Nasional Indonesia dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak wacana sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
Panduan ini dibutuhkan sanggup menjadi pola bagi orangtua dan guru dalam mendampingi bawah umur kalau terjadi insiden lain, yang sanggup berdampak pada anak-anak, tidak hanya soal kejahatan terorisme.

*Sumber: Kemendikbud

0 comments