Model Pembelajaran: Pengertian, Klasifikasi, Dan Pertimbangan Pemilihannya

11/02/2018
 Untuk mengatasi banyak sekali problematika dalam pelaksanaan pembelajaran Model Pembelajaran: Pengertian, Klasifikasi, dan Pertimbangan Pemilihannya

Model Pembelajaran: Pengertian, Klasifikasi, dan Pertimbangan Pemilihannya

a. Pengertian Model Pembelajaran

Untuk mengatasi banyak sekali problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diharapkan model-model mengajar yang dipandang bisa mengatasi kesulitan guru melaksanakan kiprah mengajar dan juga kesulitan mencar ilmu akseptor didik. Modeldiartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalammelakukan kegiatan. Model sanggup dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2)suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasisesuatu yang tidak sanggup dengan eksklusif diamati;  (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensiinferensi yang digunakan untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (5) suatu deskripsidari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agardapat menjelaskan dan memperlihatkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin,
2000:152).

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar sanggup difahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan mekanisme yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman mencar ilmu dan pembelajaran untuk mencapai tujuan mencar ilmu tertentu, danberfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan acara pembeiajaran.

Dalam mengajar, guru sanggup membuatkan model mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya mensugesti perubahan yang baik dalam perilakusiswa, Pengembangan model-model mengajar tersebut dimaksudkan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya untuk lebih  mengenal
siswa dan membuat lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan mencar ilmu siswa. Salah satu batasan perihal model mengajar yakni : ‘’Model of teaching can be defined as an instructional design which describes theprocess of specifying and producing particular environmental situations which causethe students to interact in such a way that that specificchange occurs in their behavior”,(SS Chauhan, 1979:20).




Dengan memperhatikan batasan tersebut maka sanggup dikatakan bahwa model mengajar yakni merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses mencar ilmu mengajar biar dicapai perubahan spesifik pada sikap siswa menyerupai yang diharapkan.
Dalam dunia pendidikan, model diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976). Makara dengan demikian model pembelajaran sanggup diartikan sebagai perencanaan yang berisi perihal rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, model pembelajaran merupakan planning tindakan (rangkaian kegiatan) termasukpenggunaan metode dan pemanfaatan banyak sekali sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti tujuan penyusunan suatu model gres hingga pada proses penyusunan planning kerja belum hingga pada tindakan. Kedua, model disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan model yakni pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan banyak sekali fasilrtas dan sumber mencar ilmu semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan yang terang yang sanggup diukur keberhasilannya, alasannya yakni tujuan yakni rohnya dalam implementasi suatu model.

Kemp (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran yakni suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa biar tujuan pembelajaran sanggup dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran itu yakni adalah suatu set materi dan mekanisme pembeiajaran yang digunakan secara gotong royong untuk menjadikan hasil mencar ilmu pada siswa.

Upaya untuk mengimlernentasikan planning yang sudah disusun dalam kegiatan faktual biar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal yakni dengan memakai metode. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan model yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi dalam satu model pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan model ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk memakai media pembelajaran. Oleh karenanya, model berbeda dengan metode. Model menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode yakni cara yang sanggup digunakan untuk melaksanakan, model.

Dengan kata lain, model yakni a plan of operation achieving something; sedangkan metode yakni a
way in achieving something. Istilah lain yang juga mempunyai kemiripan dengan model yakni pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan model maupun metode.

Pendekatan sanggup diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan perihal terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.Oleh karenanya model dan metode pembelajaran yang digunakan sanggup bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan model pembeiajaran eksklusif (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan model pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif.

Selain pendekatan, model, dan metode, terdapat juga istilah lain yang kadang kala sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik yakni cara yang dilakukan seseorangdalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik yakni gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Dari klarifikasi di atas, maka sanggup ditentukan bahwa suatu model pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan;
sedangkanbagaimana menjalankan model itu sanggup ditetapkan banyak sekali metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru sanggup memilih teknikyang dianggapnya relevan dengan metode, dan dalam penggunaan teknik itu guru mempunyai taktikyang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

b. Klasifikasi Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar, yakni model informasi, model personal, model interaksi dan model tingkah laku. Model mengajar yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok, yaitu :

1) Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models), menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang tiba dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan planning pemecahan duduk kasus serta
penggunaan simbol-simbol verbal dan nonverbal. Model ini memperlihatkan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model ini secara umum sanggup diterapkan pada target mencar ilmu dari banyak sekali usia dalam mempelajari individu dan masayarakst. Oleh lantaran itu model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping yang berdimensi intelektual.

2) Model Personal (Personal Family) merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan kepada proses membuatkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan
emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang sanggup memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha mengalakkan kemandirian yang produktif, sehingga insan menjadi semakin sadar diri dan bertanggungjawab atas tujuannya.

3) Model Sosial (Social Family), menekankan pada perjuangan membuatkan kemampuan siswa biar mempunyai kecakapan untuk bekerjasama dengan orang lain sebagai perjuangan membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perfaedaan dalam realitas sosial. Inti dari sosial model ini yakni konsep“synergy” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan akseptor didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan, dan mendapatkan fungsi dan kiprah sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena
kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi banyak sekali cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan membuatkan serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogianya mengorganisasikan mencar ilmu melalui’ kerja kelompok dan  mengarahkannya, kemudian pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogianya mengajarkan proses demokratis secara langsung, jadi pendidikan harus diorganisasikan dengan cara melaksanakan penelttian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosial dan akademis.

4) Model sistem sikap dalam pembelajaran (Behavioral Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk sanggup memecahkan duduk kasus mencar ilmu melalui penguraian sikap ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan. Sejalan dengan hal itu, teori konvergensinya William Stern implementasinya dalam hal mencar ilmu mengajar telah mengakibatkan munculnya banyak sekali teori-teori mencar ilmu dan teori atau model mengajar, seperti: (1) model behavioral yang terdiri dari mencar ilmu tuntas, mencar ilmu kontrol diri sendiri, simu!asi, dan mencar ilmu asertif; (2) model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka dasar atau“advance organizer”, dan model pengembangan berpikir; dan (3) lain sebagainya yang sanggup dijadikan pendekatan yang efektif dalam pengajaran.

c) Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran




Pembelajaran intinya yakni proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada dikala itu juga kita semestinya berpikir model apa yang harus dilakukan biar semua itu sanggup tercapai secara efektif dan efisien, Ini sangat penting untuk dipahami, alasannya yakni apa yang harus dicapai akan memilih bagaimana cara mencapainya. Oleh lantaran itu, sebelum memilih model pembelajaran yang sanggup digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan :

a) Pertimbangan yang bekerjasama dengan tujuan yang ingin dicapai
i. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor?
ii. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah ?
iii. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?

b) Pertimbangan yang bekerjasama dengan materi atau materi pembelajaran
i. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
ii. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
iii. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?

c) Pertimbangan dari sudut siswa
i. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
ii. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?

d) Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
i. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
ii. Apakah model yang kita memutuskan dianggap satu-satunya model yang sanggup digunakan?
iii. Apakah model itu mempunyai nilai efektivitas dan efisiensi?

Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan materi pertimbangan dalam menerapkan taktik yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang dengan aspek kognitif, akan mempunyai model yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor, Demikian juga halnya, untuk mempelajari materi pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari materi pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.

Demikian goresan pena tentang:

Model Pembelajaran: Pengertian, Klasifikasi, dan Pertimbangan Pemilihannya

Semoga bermanfaat dan salam sukses selalu!

(Sumber: Modul PLPG UM Malang, 2013)

0 comments