Pidato Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018

4/29/2018
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, jagoan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama kala kolonialisme Belanda, ia dikenal lantaran berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan belum dewasa kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam kursi pendidikan.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal  Pidato Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018
Pidato Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018

Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menimbulkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah forum pendidikan berjulukan Taman Siswa sesudah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan sesudah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"), dipakai sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia memutuskan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.


PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018


Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Salam sejahtera dan senang bagi kita semua.
Oom swastiastu
Namo Buddhaya

Berkenaan dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2018, marilah kita bersyukur kepada Tuhan Allah Yang Mahakuasa. Sebagaimana kita ketahui, tanggal 2 Mei telah ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal tersebut bertepatan dengan tanggal kelahiran Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, seorang tokoh pendidikan Indonesia, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara.

Dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2018 ini kita mengambil tema “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan”. Sesuai dengan tema tersebut, marilah kita jadikan peringatan kali ini sebagai momentum untuk merenungkan relasi bersahabat antara pendidikan dan kebudayaan sebagaimana tecermin dalam ajaran, pemikiran, dan praktik pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional kali ini juga kita jadikan momentum untuk melaksanakan muhasabah, mesu budi, atau refleksi terhadap usaha-usaha yang telah kita perjuangkan di bidang pendidikan. Dalam waktu yang bersamaan kita menerawang ke depan atau menciptakan proyeksi perihal pendidikan nasional yang kita cita-citakan. Pada Hari Pendidikan Nasional 2018 ini kita perlu merenung sejenak untuk menengok ke belakang, melihat apa yang telah kita kerjakan di bidang pendidikan, untuk kemudian bergegas melangkah ke depan guna menggapai impian masa depan pendidikan nasional yang didambakan.

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, BAB I, Pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa pendidikan nasional kita ialah pendidikan yang menurut Pancasila dan UUD 1945, sedangkan kebudayaan nasional merupakan akar pendidikan nasional. Di sinilah terjadinya titik temu antara pendidikan dan kebudayaan. Jika kebudayaan nasional kita menghunjam berpengaruh di dalam tanah tumpah darah Indonesia, akan subur dan kukuh pulalah bangunan
pendidikan nasional Indonesia. Di samping itu, disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 perihal Pemajuan Kebudayaan akan mempertegas posisi kebudayaan nasional sebagai ruh, pemberi hidup, dan penyangga bangunan pendidikan nasional kita. Oleh alasannya ialah itu, kebudayaan yang maju ialah prasyarat yang harus dipenuhi jikalau ingin pendidikan nasional tumbuh subur, kukuh, dan menjulang.

Para insan pendidikan dan kebudayaan yang berbahagia,

Atas dasar pikiran di atas, pada Hari Pendidikan Nasional 2018 ini kita berkomitmen untuk terus berikhtiar membangun pendidikan. Pendidikan yang dihidupi dan disinari oleh kebudayaan nasional. Kita yakin bahwa kebudayaan yang maju akan menciptakan pendidikan kita kuat. Begitu pula sebaliknya, jikalau pendidikan kita subur dan rindang, akar kebudayaan akan lebih menghunjam kian dalam di tanah tumpah darah Indonesia. Oleh lantaran itulah, pada Hari Pendidikan Nasional 2018 ini mari kita satukan tekad untuk “Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan” dengan disertai niat yang nrimo serta perjuangan yang keras tak kenal lelah dalam mengabdi di dunia pendidikan.
Para insan pendidikan dan kebudayaan yang mulia,

Kita menyadari bahwa kondisi ideal pendidikan dan kebudayaan

Kita menyadari bahwa kondisi ideal pendidikan dan kebudayaan nasional yang kita cita-citakan masih jauh dari jangkauan. Kita terus berusaha keras memperluas saluran pendidikan yang berkualitas, terus-menerus mengalibrasi praktik pendidikan supaya mempunyai presisi atau ketelitian yang tinggi, sesuai dengan tuntutan masyarakat, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan pembangunan.
Di sisi yang lain kita berusaha memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia ialah negara yang kaya raya dalam hal budaya. Sebagaimana diakui oleh salah satu Asisten Direktur Jenderal UNESCO, yaitu Fransesco Bandarin, yang menyampaikan bahwa Indonesia sebagai negara adikuasa (super power) kebudayaan. Kita terus menggali kekayaan budaya Indonesia, melestarikan, dan mengembangkannya demi terwujudnya Indonesia yang benar-benar adikuasa di bidang kebudayaan. Itulah sebabnya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 perihal Pemajuan Kebudayaan mengamanatkan bahwa pemajuan kebudayaan memerlukan langkah strategis berupa upaya-upaya pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan training guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Cita-cita pendidikan dan kebudayaan nasional hanya bisa terwujud jikalau kita bekerja keras dan berdaya jelajah luas. Hanya dengan cara itu, kerja pendidikan dan kebudayaan sanggup menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Insan pendidikan dan kebudayaan yang mulia,

Apresiasi publik terhadap keberhasilan pemerintah yang gencar membangun infrastruktur harus disertai dengan pembangunan sumber daya insan secara lebih sungguh-sungguh dan terencana. Sebagaimana kita ketahui, dalam tiga tahun terakhir pemerintah telah membangun dan memperkuat infrastruktur di hampir semua penjuru tanah air. Walaupun belum sepenuhnya selesai, keuntungannya sudah sanggup dinikmati, di antaranya semakin mempermudah kerja pendidikan dalam memperluas akses, walaupun pada ketika yang sama memaksa kerja pendidikan harus sigap merespons secara positif terhadap perubahan tata nilai, sebagai dampak dari perkembangan infrastruktur tersebut. Pendidikan juga harus menyiapkan tenaga technocraft, tenaga terampil dan kreatif, yang mempunyai daya pembiasaan tinggi terhadap perubahan dunia kerja yang kian cepat dan mempunyai kemampuan berpresisi tinggi untuk mengisi teknostruktur sesuai denga kebutuhan.

Pemerintah telah bekerja tak kenal lelah, serta membangun dan memperkuat inftrastruktur yang sanggup menjadi sabuk pengikat pendidikan dan kebudayaan dalam ikatan keindonesiaan, di antaranya betapa pesat perkembangan sarana-prasarana transportasi yang telah dirasakan keuntungannya secara luas oleh masyarakat. Jalan-jalan gres yang layak dan memadai telah bisa membuka saluran wilayah Indonesia yang terpencil, tertinggal, dan terdepan sehingga terbebas dari isolasi dan saling terhubung. Demikian juga bendungan-bendungan gres yang dibangun dengan cepat sanggup mengairi tanah pertanian dan menjadi sumber pembangkit listrik yang mengakibatkan desa-desa dan wilayah-wilayah lainnya hidup dengan penuh acara pendidikan dan kebudayaan.

Meskipun terbatas, sesuai skala prioritas, bangunan-bangunan gres sekolah juga didirikan di wilayah pedalaman dan perbatasan. Tak heran jikalau jadinya belum dewasa di pedalaman mulai mencicipi nikmat berguru di sekolah yang memadai dan menyenangkan. Begitu pula saudara-saudara kita di perbatasan sekarang bisa dengan tegap memperlihatkan tapal batas negara yang tidak hanya ditandai patok beton, besi, atau kayu ala kadarnya, tetapi bangunan indah dan memadai yang mengakibatkan mereka lebih bangga. Meskipun demikian, harus diakui dengan jujur bahwa hamparan yang luas luar biasa dari wilayah Indonesia menimbulkan belum semua wilayah tersentuh pembangunan insfrastruktur yang bisa menjadi sabuk pendidikan dan kebudayaan dalam ikatan keindonesiaan. Oleh lantaran itu, pada tahun-tahun mendatang pemerintah akan memperlihatkan prioritas pembangunan infrastruktur pada tempat terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) supaya wilayah-wilayah tersebut terintegrasi dan terkoneksi ke dalam layanan pendidikan dan kebudayaan.

Para insan pendidikan dan kebudayaan yang tengah berbahagia,

Bersamaan dengan pembangunan infrastuktur pendidikan dan kebudayaan, dilakukan juga penguatan sumber daya insan (SDM) supaya menjadi modal yang hebat dan siap menghadapi perubahan zaman yang melaju kencang, kompleks, tak terduga, dan multiarah. Oleh lantaran itu, mulai tahun ini Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla mencanangkan prioritas pembangunan pada penguatan SDM. Di sinilah tugas dan tanggung jawab pendidikan dan kebudayaan akan semakin besar. Dalam penguatan SDM tersebut terbentang tantangan internal dan eksternal sekaligus. Tantangan internal tampak pada tanda-tanda tergerusnya ketajaman logika kebijaksanaan dan kekukuhan mentalitas kita. Misalnya, belakangan ini kita melihat melemahnya mentalitas belum dewasa kita tanggapan terpapar dan terdampak oleh maraknya simpul warta dari media sosial. Untuk menjawab tantangan ini, semenjak awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meneguhkan pentingnya penguatan pendidikan huruf dan literasi, selain ikhtiar mencerdaskan bangsa. Hal itu sejalan dengan revolusi huruf bangsa sebagai kepingan dari pengejawantahan acara Nawacita Presiden dan Wakil Presiden. Ikhtiar itu makin berpengaruh menyusul ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 perihal Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang mengamanahkan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat huruf akseptor didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kolaborasi antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai kepingan dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Insan pendidikan dan kebudayaan yang mulia,

Kita patut bersyukur lantaran ternyata antusiasme masyarakat terhadap gerakan PPK ini luar biasa. Tak terhitung jumlahnya praktik-praktik baik PPK dibagikan oleh masyarakat secara sukarela. Mereka menyadari bahwa penguatan huruf dan literasi warga negara merupakan kepingan penting yang menjadi ruh dalam kinerja pendidikan dan kebudayaan, yang memerlukan pelibatan semua komponen bangsa sebagaimana Ki Hajar Dewantara menempatkan hal ini dalam tripusat pendidikan, yaitu sekolah, rumah, dan masyarakat. Salah satu bentuk penguatan tripusat pendidikan ialah pelibatan keluarga dalam mendukung sukses pendidikan anak dan penguatan karakter.
Guru, orang tua, dan masyarakat harus menjadi sumber kekuatan untuk memperbaiki kinerja dunia pendidikan dan kebudayaan dalam menumbuhkembangkan huruf dan literasi belum dewasa Indonesia. Tripusat pendidikan itu harus secara simultan menjadi lahan subur tempat persemaian nilai-nilai religius, kejujuran, kerja keras, gotong-royong, dan seterusnya bagi para penerus kedaulatan dan kemajuan bangsa.

Pada ketika yang bersamaan, tantangan eksternal muncul dari perubahan dunia yang sangat cepat dan kompetitif. Hadirnya Revolusi Industri 4.0 yang bertumpu pada cyber-physical system telah mengubah peri kehidupan kita. Artificial intelligence, internet of things, 3D printing, robot, dan mesin-mesin cerdas secara besar-besaran menggantikan tenaga kerja manusia. Kecepatan dan ketepatan menjadi kunci dalam menghadapi gelombang perubahan tersebut, juga kemampuan kita dalam menyesuaikan diri dan bertindak gesit. Oleh lantaran itu, mau tidak mau dunia pendidikan dan kebudayaan pun harus terus-menerus menyesuaikan dengan dinamika tersebut. Cara usang tak mungkin lagi diterapkan untuk menanggapi tantangan eksternal. Cara-cara yang gres perlu diciptakan dan dimanfaatkan.

Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, dan profesionalisme guru, kurikulum yang hidup dan dinamis, sarana dan prasarana yang andal, serta teknologi pembelajaran yang mutakhir, menjadi keniscayaan pendidikan kita. Oleh lantaran itu, secara tulus ingin saya katakan bahwa tidak bisa tidak, pendidikan harus menjadi urusan semua pihak. Semua pihak harus bergandeng tangan, bahu-membahu, bersinergi memikul tanggung jawab bersama dalam menguatkan pendidikan. Kita optimistis bahwa Indonesia mempunyai semua hal yang diharapkan untuk menjadi bangsa besar dan maju, asal kita bersatu padu mewujudkannya.

Selain jalur pendidikan formal yang telah berhasil mendidik lebih dari 40 Juta anak, pendidikan nonformal telah banyak memperlihatkan andil dalam mencerdaskan bangsa. Pendidikan harus dilakukan secara seimbang oleh tiga jalur, baik jalur formal, nonformal, maupun informal. Ketiganya diposisikan setara dan saling melengkapi. Masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan jalur pendidikan. Oleh lantaran itu, pemerintah memperlihatkan perhatian besar dalam meningkatkan ketiga jalur pendidikan tersebut.

Para insan pendidikan dan kebudayaan yang senantiasa penuh syukur,

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Teruslah nrimo dan tulus berkontribusi tak kenal henti bagi perjuangan menguatkan pendidikan Indonesia serta memajukan kebudayaan Indonesia. Semoga kita semua sanggup menyaksikan Indonesia sebagai bangsa adikuasa budaya dengan pendidikan yang kuat.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Jakarta, 2 Mei 2018
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Muhadjir Effendy
Download Format PDF Pidato Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018

0 comments